Ketika Marah dalam Posisi Berdiri, Umat Islam Dianjurkan untuk Duduk, Apa Alasannya?
LEISURIAN, JAKARTA — Kapan terakhir kamu merasa marah? Umat Islam dianjurkan untuk duduk ketika sedang marah dalam posisi berdiri. Mengapa demikian?
Sebelum kita ulas lebih dalam mengenai cara meredakan amarah sesuai anjuran Rasulullah SAW, mari kita bahas soal marah dari segi ilmiah. Marah merupakan perasaan emosi yang lumrah dirasakan manusia.
Secara ilmiah, marah ditandai dengan detak jantung dan pernapasan yang semakin cepat. Ketika marah, tubuh dibanjiri hormon stres dan lebih banyak darah mengalir ke otot.
Stres akibat kemarahan tidak selalu berhubungan dengan ancaman fisik. Kamu mungkin juga merasa marah dalam situasi sosial seperti saat menghadapi konflik dengan teman atau orang yang disayangi, melihat ketidakadilan, memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi, atau seseorang mengolok-olok kamu.
Meski marah lumrah dirasakan manusia, namun jangan dibiarkan berlarut-larut. Sebab, kemarahan kronis telah dikaitkan dengan masalah kesehatan. Dilansir laman Cleveland Clinic, kemarahan kronis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sakit kepala, hingga masalah pencernaan seperti sakit perut, sembelit, dan diare.
Dampak buruk dari marah jika terus dibiarkan dapat meningkatkan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin, sehingga mengakibatkan bertambahnya detak jantung. Selain itu, marah juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat penyempitan pembuluh arteri dan pembuluh vena.
Secara ilmiah terbukti bahwa sejumlah hormon nor adrenalin dalam darah dapat bertambah sampai dua atau tiga kali lipat dalam posisi berdiri selama lima menit. Sementara hormon adrenalin, hanya naik sedikit ketika berdiri. Emosi dapat menyebabkan penambahan kadar adrenalin dalam jumlah besar.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW menganjurkan orang yang marah dalam posisi berdiri dianjurkan untuk duduk. Jika amarahnya belum juga mereda, maka ia perlu membaringkan dirinya.
Nabi bersabda, “Jika salah seorang dari kalian marah dan ia sedang berdiri maka hendaklah ia duduk. Jika amarahnya belum mereda maka hendaknya ai membaringkan dirinya." (HR Ahmad)
Dikutip dari buku berjudul Buku Pintar Sains dalam Alquran karya Dr Nadiah Thayyarah, diebutkan bahwa tak ada jalan lain untuk mengontrol amarah kecuali dengan duduk dan berbaring. Namun, sujud lebih baik daripada berbaring, karena sujud dapat menguatkan jantung. Mengapa demikian?
“Pada posisi sujud, jantung menjadi tegak dengan kemiringan hingga 45 derajat. Saat itu, jantung tidak perlu mengerahkan energinya untuk memompa darah, karena ia akan mengalirkan darah ke bawah secara spontan,” tulis buku tersebut.
Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ajarlah, permudahlah dan jangan mempersulit. Jika kau marah maka diamlah, dan jika kau marah maka diamlah. Jika kau marah, maka diamlah!”.
Di antara obat penting yang dianjurkan Nabi untuk mengobati marah dan meringankan gejolaknya adalah berdoa membaca taawudz (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk). Diriwayatkan dari Sulaiman ibn Shurad, ia berkata, "Aku duduk bersama Nabi, sedang dua orang laki-laki saling mencaci. Salah seorang dari mereka memerah wajahnya dan uratnya tampak. Nabi lantas bersabda, "Aku tahu satu kalimat yang jika diucapkan olehnya maka akan hilang darinya apa yang ia alami. Jika ia membaca: Aaudzubillahiminasyaitonirojim (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk), niscaya apa yang ia alami akan hilang."
Para sahabat lalu mendatangi orang yang sedang marah itu. Mereka berkata, "Nabi bersabda, "Berlindunglah kepada Allah dari setan yang terkutuk." Tetapi orang itu malah berkata, "Apa aku gila?" (HR. Muttafaq Alaih).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, “Jika seseorang marah, lalu mengucap audzubillah, maka amarahnya akan mereda." (HR. Ibnu Adi).
Para ahli jiwa menyarankan orang-orang yang mudah marah untuk melakukan latihan relaksasi otak. Hal itu bisa dilakukan misalnya dengan menghitung dari 1 sampai 30 sebelum berbicara. Hakikat ini diungkap Nabi Muhammad SAW 1.400 yang lalu, yaitu saat beliau menyuruh orang yang marah untuk diam sesaat, lalu meminta perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan taawudz beberapa kali.
Riset medis menyimpulkan bahwa amarah, baik yang tampak maupun terpendam dapat membahayakan kesehatan. Karena menahan amarah terus-menerus dapat meningkatkan tekanan darah. Adapun amarah yang dilampiaskan dan berlangsung terus-menerus dapat menyebabkan penyakit pembuluh arteri dan serangan jantung.
Di antara tips untuk mengurangi amarah ialah dengan berwudhu. Diriwayatkan dari Athiyyah as-Sadi bahwa Rasulullah ber sabda, "Amarah termasuk setan dan setan tercipta dari api. Api hanya bisa dipadamkan dengan air. Jika seorang dari kalian marah maka hendanya ia berwudu." (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Kedokteran modern menyimpulkan bahwa amarah timbul dari suhu yang panas, sekresi keringat dan perasaan tertekan. Oleh sebab itu, wudhu atau mandi dengan air dingin dapat meringankan gejala-gejalanya dan menenangkan sistem saraf.
Berbagai percobaan ilmiah juga membuktikan bahwa amarah dapat menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar adrenal sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Oleh sebab itu, wudhu atau meminum sedikit air dapat mendinginkan tubuh secara cepat. Saat itu diharapkan api amarah akan padam dan hati menjadi tenang kembali.